Senin, 23 Oktober 2017

Bagian Paling Khas Dari Ukiran Jepara, Masyarakat Lokal Wajib Tahu!

Ukiran merupakan tradisi, budaya masyarakat Jepara yang sekaligus dijadikan sebagai mata pencaharian. Sebagai satu-satunya kota yang mendapat julukan 'Kota Ukir' serta 'The Carving City', Jepara punya kawasan yang dijadikan sebagai sentra produk ukiran dan furniture. Adalah desa Mulyoharjo, yang hampir seluruh masyarakatnya menjalankan usaha mebel. Yang termasuk produk ukiran serta pahat dari Jepara adalah, semua yang meliputi ukiran maupun pahat patung yang material utamanya adalah kayu.





Hal ini berkaitan dengan legenda yang masih simpang siur kebenarannya. Diceritakan pada jaman dahulu, bahwa terdapat seorang ahli pahat yang tinggal di kerajaan. Sang Raja yang tertarik dengan kepiawaian pemahat tersebut pun menginginkan permaisurinya untuk di pahat pada sebatang kayu. Ketika pemahat mewarnai rambut patung permaisuri Raja, tercecerlah cat hitam tersebut hingga sampai ke area paha, yang menyebabkannya terlihat seperti tahi lalat. Raja murka dan menuduh pemahat telah melihat secara langsung tubuh permaisurinya. Maka di hukumlah si pemahat tersebut dengan cara di terbangkan tubuhnya beserta peralatan memahatnya pada layang-layang besar. Konon katanya peralatan memahat milik ahli pahat tersebut jatuh di kota Jepara, maka tak heran apabila sebagian besar masyarakat Jepara ahli dalam hal mengukir.

Terlepas dari benar atau tidaknya legenda tersebut, seniukir dan furniture kini telah berkembang luas dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jepara, bahkan menjadi penghasilan utama masyarakat lokal. Terkait pengembangan sumber daya manusia agar tidak terus-terusan menjadi budak dari kolonialisme, maka di bangunlah Sekolah khusus mengukir, serta berbagai penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Berkenaan untuk peningkatan kualitas serta membuka peluang bagi pengrajin dan pengusaha Jepara agar lebih jeli dalam membaca peluang.

Ukiran Jepara memiliki ciri khas yang membedakannya dengan produk ukiran dari daerah lain, secara fisik bisa dilihat dari motif ukirannya. Motif paling umum yang membedakan antara ukiran Jepara dengan lainnya adalah motif Ujung Relung dimana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing. Dan juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun. Selain itu,tangkai relungnya memutar dengan gaya memanjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau memperindah.

Ciri-ciri khas diatas sudah cukup mewakili sebagai identitas ukiran Jepara. Bentuk motif ukiran tersebut ada juga yang oleh para ahli pahat disisipkan di berbagai alat rumah tangga seperti contoh di kursi atau meja yang diberikan ukiran khas Jepara,juga yang lain misal figura foto yang diberi khas Jepara dengan ukiran.

Peningkatan kualitas produk dan pengawasan mutu memang menjadi obsesi Jepara dalam memasuki pasar internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan luar negri terhadap produk industri Jepara.


Jepara yang dikenal sebagai penghasil meubel terbesar di Indonesia pada tanggal 17 Juli 2010 telah memecahkan rekor Indonesia dalam kegiatan mengukir kayu secara bersama-sama dalam satu tempat yang menghadirkan 502 orang , sehingga MURI mencatatkan kabupaten ”Bumi Kartini” ini dalam buku rekornya yang ke 4391. Piagam atau sertifikat MURI tersebut di serahkan Kepala Museum Rekor Indonesia yang di wakili Ariyani Siregar (Deputy Manager) kepada Bupati Jepara Drs. Hendro Martojo,MM di alon-alon Jepara bersamaan di gelarnya lomba mengukir dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Jepara. Sumber: Kebudayaan Indonesia.